Senin, 01 Februari 2016

Cerbung By. Yugi Maulana XI Agribisnis B

Ketika cinta menembus ruang waktu

        Sudah 4 hari dia berdiam di masjid dekat rumahnya . siang malam Ia mematri diri ,larut dalam munajat dan tenggelam dalam mahabah dan tawakal kepada Sang Pencipta. Ia I’tikaf di sudut masjid ,sedikit jauh dari mimbar tetapi tetap di shaf pertama. Matanya terpejam ,tetes air mata terlihat di pipinya , bibirnya terus melantunkan ayat ayat al quran yang dihafalnya . ia menghentikan bacaan al quran jika adzan dan iqamat dilantunkan . juga ketika sholat didirikan ,jika usai sholat dia akan kembali larut dalam dzikir dan munajatnya. Wajahnya begitu sayu,sedih dan sedikit pucat.


           Dia, harun seorang peneliti bidang fisika di LIPI ,seseorang yang berprestasi dalam bidangnya, bahkan dia pernah ikut dalam beberapa ekspedisi NASA .
5 hari yang lalu ia menikah dengan Aisyah , sama-sama seorang peneliti di bidang fisika . Aisyah seorang wanita sholehah,yang cantik ,anggun dan mempesona, terlebih lagi memiliki kecerdasan yang sangat baik. Karena kelebihannya itu banyak para lelaki berlomba dalam merebut hatinya ,dan tak sedikit pula yang gagal . Aisyah sangat merindukan sosok imam yang sholeh dan hafal al quran. Karena Harun memenuhi karakteristik yang diinginkan Aisyah, Alhamdulillah dengan izin Alloh Harun dan Aisyah menikah.

        1 hari setelah pernikahan,entah kenapa sifat Harun berubah 360® ,setelah bermusyawarah dengan istrinya ia memutuskan untuk beri’tikaf di masjid. Karena Aisyah seorang wanita sholehah,yang paham adab-adab kepada suami, Aisyah tak bisa menahan, ia hanya mampu bertanya Tanya dalam hatinya. “apa suamiku tidak mencintaiku ?, apa dia tak suka menikah dengan ku ?,”astagfirulloh kenapa aku suudzon kepada suamiku sendiri, mungkin saja dia hanya ingin beribadah,seharusnya aku mendukungnya dan mendoakannya!”. Perdebatan pun terus terjadi dalam batin Aisyah.
 
      Hari pertama harun I’tikaf,dia tidak pulang kerumah, seakan akan dia melekat dengan lantai . tekad yang kokoh seakan memaku raganya dengan masjid. Tak lama kemudian adzan magrib pun  berkumandang, suara muadzin mengumandangkan asma-asma Alloh yang agung, memanggil para hamba-hamba Alloh,mengajak menghadap sang kholiq mengglegar bagaikan suara Guntur yang lembut,menggema dalam hati setiap hamba.

      Orang-orang berbondong-bondong menuju masjid,termasuk Aisyah dengan mukena putihnya berjalan dengan ketawaduan, seakan-akan dia permata yang bernyawa. “Allohummaftahli abwaba rohmatik”,lirih aisyah memasuki masjid. Saat memasuki masjid,mata Aisyah langsung tertuju kearah suaminya,yang sedang sholat sunat qabliyah maghrib,dengan tatapan yang penuh kasih,aisyah hanya bisa mendoakan suaminya “subhanalloh begitu luar biasa suamiku,semoga Alloh menguatkanmu ,cintaku”bisik hatinya. Tidak lama, iqomah pun berkumandang tanda sholat akan dilaksanakan.

     Selang waktu Seusai sholat, orang-orang mulai berhamburan keluar masjid, hanya tinggal beberapa orang yang tetap di masjid , ada yg sedang dzikir dan juga sholat sunat. Salah satunya yaitu Aisyah ,tetapi dia tidak dzikir ataupun sholat sunat ,melainkan Aisyah hanya bisa memandang punggung suaminya dengan perasaan sedihdan pertanyaan-pertanyaan yang bergelayutan di hatinya. Waktu terus berlalu, Aisyah pun memutuskan untuk pulang kerumahnya. Di saat berjalan keluar masjid pun Aisyah tak bisa melepaskan pandangan kepada suaminya,berharap suaminya melirik padanya,tapi itu semua hanya harapannya,suaminya tetap larut dalam munajat. “sungguh memang benar ,disaat hati larut dalam rindu kepada kekasih,jangankan ibadah, sabetan pedang pun mungkin akan terasa hampa, sabarkan dirimu aisyah ,meski kau merindukannya,tetapi suamimu lebih merindukan Tuhan. Ingatlah selalu ,rido Alloh ada pada suamimu aisyah”.kata-kata Aisyah dalam hatinya seakan-akan dia berbicara dengan diri sendiri, lalu dengan penuh rasa ikhlas, Aisyah pun melanjutkan langkah kakinya keluar masjid.




Bersambung……


Tidak ada komentar:

Posting Komentar