Ketika
cinta menembus ruang waktu
Sudah 4 hari dia berdiam di masjid dekat rumahnya . siang malam Ia mematri diri ,larut dalam munajat dan tenggelam dalam mahabah dan tawakal kepada Sang Pencipta. Ia I’tikaf di sudut masjid ,sedikit jauh dari mimbar tetapi tetap di shaf pertama. Matanya terpejam ,tetes air mata terlihat di pipinya , bibirnya terus melantunkan ayat ayat al quran yang dihafalnya . ia menghentikan bacaan al quran jika adzan dan iqamat dilantunkan . juga ketika sholat didirikan ,jika usai sholat dia akan kembali larut dalam dzikir dan munajatnya. Wajahnya begitu sayu,sedih dan sedikit pucat.
Dia, harun seorang peneliti bidang
fisika di LIPI ,seseorang yang berprestasi dalam bidangnya, bahkan dia pernah
ikut dalam beberapa ekspedisi NASA .
5 hari yang
lalu ia menikah dengan Aisyah ,
sama-sama seorang peneliti di bidang fisika . Aisyah
seorang wanita sholehah,yang cantik ,anggun dan mempesona, terlebih lagi
memiliki kecerdasan yang sangat baik. Karena kelebihannya itu banyak para
lelaki berlomba dalam merebut hatinya ,dan tak sedikit pula yang gagal . Aisyah sangat merindukan sosok imam yang sholeh dan hafal al
quran. Karena Harun memenuhi
karakteristik yang diinginkan Aisyah,
Alhamdulillah dengan izin Alloh Harun dan Aisyah menikah.
1 hari setelah pernikahan,entah kenapa
sifat Harun berubah 360® ,setelah
bermusyawarah dengan istrinya ia memutuskan untuk beri’tikaf di masjid. Karena Aisyah seorang wanita
sholehah,yang paham
adab-adab kepada suami, Aisyah tak bisa menahan, ia hanya
mampu bertanya Tanya dalam hatinya. “apa suamiku tidak mencintaiku ?, apa dia
tak suka menikah dengan ku ?,”astagfirulloh kenapa aku suudzon kepada suamiku
sendiri, mungkin saja dia hanya ingin beribadah,seharusnya aku mendukungnya dan
mendoakannya!”.
Perdebatan pun terus terjadi dalam batin Aisyah.
Hari pertama harun I’tikaf,dia tidak pulang kerumah, seakan akan dia
melekat dengan lantai .
tekad yang kokoh seakan memaku raganya dengan masjid. Tak lama kemudian adzan
magrib pun berkumandang, suara muadzin
mengumandangkan asma-asma Alloh yang agung, memanggil para
hamba-hamba Alloh,mengajak
menghadap sang kholiq mengglegar bagaikan suara Guntur yang
lembut,menggema dalam hati setiap hamba.
Orang-orang berbondong-bondong menuju masjid,termasuk Aisyah dengan mukena
putihnya berjalan dengan ketawaduan, seakan-akan dia permata yang bernyawa. “Allohummaftahli abwaba rohmatik”,lirih
aisyah memasuki masjid. Saat memasuki masjid,mata Aisyah langsung tertuju
kearah suaminya,yang sedang sholat sunat qabliyah maghrib,dengan tatapan yang
penuh kasih,aisyah hanya bisa mendoakan suaminya “subhanalloh begitu luar biasa
suamiku,semoga Alloh
menguatkanmu ,cintaku”bisik hatinya. Tidak lama, iqomah pun berkumandang tanda
sholat akan dilaksanakan.
Selang waktu Seusai sholat, orang-orang mulai
berhamburan keluar masjid, hanya tinggal beberapa orang yang
tetap di masjid , ada yg sedang dzikir dan juga sholat
sunat. Salah satunya yaitu Aisyah ,tetapi dia tidak dzikir
ataupun sholat sunat ,melainkan Aisyah hanya bisa memandang punggung
suaminya dengan perasaan sedihdan pertanyaan-pertanyaan yang bergelayutan di
hatinya. Waktu terus berlalu, Aisyah pun memutuskan untuk pulang
kerumahnya. Di saat berjalan keluar masjid pun Aisyah tak bisa melepaskan pandangan
kepada suaminya,berharap suaminya melirik padanya,tapi itu semua hanya
harapannya,suaminya tetap larut dalam munajat. “sungguh memang benar ,disaat
hati larut dalam rindu kepada kekasih,jangankan ibadah, sabetan pedang pun
mungkin akan terasa hampa, sabarkan dirimu aisyah ,meski kau
merindukannya,tetapi suamimu lebih merindukan Tuhan. Ingatlah selalu ,rido Alloh ada pada suamimu
aisyah”.kata-kata Aisyah
dalam hatinya seakan-akan dia berbicara dengan diri sendiri, lalu dengan penuh rasa
ikhlas, Aisyah pun melanjutkan langkah kakinya keluar
masjid.
Bersambung……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar