Siapa sih yang belum tahu cerita Ketika
Mas Gagah Pergi.. Berikut adalah Sinopsis dari Novel Ketika Mas Gagah Pergi....
dan Kembali J
Identitas Buku
Judul : Ketika Mas
Gagah Pergi…….. dan Kembali
Penulis : Helvy Tiana
Rosa
Penerbit : ASMA NADIA
Publishing House
Tebal Buku : 245 halaman
Tahun Terbit : 2011
Novel yang bernuansa islami ini
berisikan beberapa cerpen yang sangat menarik. Apalagi bagi remaja masa kini
yang banyak terjebak oleh kenikmatan dunia. Oleh sebab itu, para remaja sangat
wajib membaca buku ini. Banyak nilai-nilai berharga yang terkandung dalam
cerpen-cerpen di novel ini.
Cerita 1
Ketika Mas Gagah Pergi
Gita adalah
seorang siswi SMA di salah satu SMA di Jakarta. Ia sangat bangga memiliki
seorang kakak yang baik, cerdas, periang dan tampan yang masih kuliah semester
akhir di Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia. Ia panggil dengan sebutan
Mas Gagah. Namun suatu hari Mas Gagah berubah. Berubah menjadi seorang yang
fanatik dengan dunia agama. Bahkan ia juga membuat para preman di seekitar
rumahnya menjadi insyaf.
Tika, teman Gita
menjelaskan kepada Gita tentang apa yang terjadi pada Mas Gagah. Mas Gagah itu
mendapat hidayah. Awalnya, Gita tidak suka dengan perubahan yang dialami Mas
Gagah, tetapi Gita terus mempelajari tentang dunia agama islam yang dikerjakan
oleh Mas Gagah. Gita pun akhirnya mendapat hidayah, ia kini berjilbab dan lebih
santun kepada orang-orang.
Ketika Gita
ingin menunjukan pada Mas Gagah kalau ia sedah berjilbab, Mas Gagah tidak
kunjung datang dari tempat acara keislamannya di Bogor.
Papa, mama dan
Gita kaget ketika mendapat kabar bahwa Mas Gagah kritis berada di salah satu
rumah sakit di Bogor. Terjadi kerusuhan di sebuah tempat ibadah dan Mas Gagah
mencoba menenangkan masa, tetapi usaha Mas Gagah gagal sampai ia harus
dilarikan ke rumah sakit karena luka di sekujur tubuhnya.
Mama, papa, Gita
dan teman-teman Gita terus menemani Mas Gagah di rumah sakit. Keadaan Mas Gagah
sangat memprihatinkan. Berkali-kali Gita mengajak Mas Gagah bicara. Namun, Mas
Gagah hanya tersenyum, berusaha berbicara tapi tak bisa.
“Laa…ilaaja…illa…llah…,
Muham…mad…Ra…sul..Al..lah,” suara Mas Gagah pelan. Selaat jalan Mas Gagah. Mas
Gagah telah kembali kepada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi
wajahnya. Isak tangis mewarnai kepergian Mas Gagah.
Satu tahun
berlalu. Gita sudah berkuliah di UI. Ketika ia pulang kuliah, ia kerap kali
melihat seorang lelaki berkemeja kotak-kotak yang berceramah di bus-bus atau di
kereta api tanpa meminta bayaran sedikitpun. Secara tidak sengaja Gita
mengetahui nama lelaki itu Abdullah. Suatu hari, terjadi tawuran anak SMA dan
anak-anak SMA tersebut memangsa lawannya di dalam bus yang saat itu sedang
ditumpangi oleh Gita dan Abdullah. Ketika mencoba melakukan perlindungan untuk
lawannya, Abdullah malah terbacok oleh pisau yang digunakan anak SMA tersebut.
Dengan cepat, Gita menolong lelaki tesebut dan membawanya ke rumah sakit.
Beberapa hari
berlalu. Ketika Gita ingin menjenguk lelaki itu, ternyata lelaki itu sudah
tidak ada di rumah sakit. Tak terasa waktu cepat berlalu. Kini Gita sudah
berhasil lulus dari UI. Ketika Gita ingin melamar pekerjaan di sebuah
perusahaan, Gita diminta petugas di perusahaan tersebut untuk langsung interview dengan
direktur utama. Gita kaget. Gita pun menemui Pak Direktur.
Ketika Gita
bertemu dengan Pak Direktur. Gita kaget, ternyata Pak Direktur itu adalah Ir.
Yudhistira Arifin, Msc. Lelaki berkemeja kotak-kotak yang pernah Gita tolong.
Sosok Mas Gagahpun kembali dalam kehidupan Gita.
Cerita 2
Selamanya Cinta
Dini yang
berperilaku baik dan santun tinggal brsama Pamannya yaitu Paman Hadi. Dini
memiliki kakak perempuan yang sudah menikah yaitu Kak Dita. Rumah tangga yang
dijalani kakanya tersebut tidak berjalan baik karena keadaan ekonomi yang
susah. Belum lagi Suami kak Dita, Bang Tio yang berwatak keras. Sepasang suami
tersebut bingung memikirkan kehidupan mereka bersama anaknya yang masih bayi.
Hampir tiap
malam Dita dan Bang Tio bertengkar soal ibu. Ibu Dita yang sudah berumur 76
tahun, yang pikun dan menyusahkan kata Dita. Dita selalu mengeluh karena
pekerjaannya sebagai buruh cuci pakaian dansetrika harus ditambah dengan
merawat tiga orang anak yang masih kecil dan jompo.
Suatu hari,
tanpa sepengetahuan Dini, Bang Tio membawa ibu ke panti jompo. Dini kesal karena
Dini tak diberitahu. Namun, ternyata Kak Dita menyentak dan berkata, “Aku anak
kandungnya, sudah tahu apa yang terbaik bagi ibu. Dan sebagai anak angkat, kau
tak perlu mengusik ketenangan ibu.
Dini sangat
merasa sedih, ia pun pergi ke panti jompo dan bertanya pada ibu apakah benar ia
anak angkat. Ternyata benar, Dini memang anak angkat.
Ketika hari ke
empat Dini mengunjungi ibu, ternyata ibu tidak ada di panti jompo tersebut.
Ternyata Bang Tio sudah memindahkan ibu ke panti jompo lain yang sama sekali tidak
diketahui oleh Dini.
Dini terus
mecari ibu. Dan akhirnya Dini menemukan ibu di salah satu panti jompo di
Jakarta. Dini terus bercerita tentang kehidupannya kepada ibu. Ibu Dini tidak
pernah membeda-bedakan anatara anak angkat atau bukan.
Waktu terus berlalu.
Ketika Dini lulus SMA, Dini tidak diperbolehkan tinggal di tempat Paman Hadi.
Tanpa diketahui siapapun, Dini mencari informasi tentang tenaga pekerjaan di
Panti Jompo tempat ibnya dirawat. Ternyata, ada lowongan untuk memasak dan
bantu-bantu di dapur. Dini sangat senang. Dengan ia bekerja di Panti Jompo
tempat ibunya dirawat. Dini juga bisa merawat dan menjaga ibunya dengan penuh
cinta dan kasih sayang.
Cerita 3
Jalinan Kasih dari Gerbong
Kereta Api
Sungguh, setiap
kali Nia melewati stasiun kereta api Senen, hatinya sangat haru biru. Ngilu.
Yang disaksikan hanya pemukiman kumuh dari kardus dan triplek yang berada di
sisi rel. Anak-anak dengan baju dekil tanpa alas kaki yang bermain di
gerbong-gerbong kosong yang tidak terpakai lagi.
Ternyata
gerbong-gerbong tersebut kerap dipakai sebagai tempat bermain anak-anak, tempat
berkumpul para preman, juga tempat para pelacur melakukan aksinya.
Naudzubillah.
Nia dan
kawan-kawannya sepakat untuk membuat tempat belajar bagi anak-anak jalanan yang
tidak bisa mendapat pendidikan yang layak. Akhirnya Nia dan kawan-kawan
berhasil menjadi pengajar di sebuah gerbong itu. Anak-anak jalanan sekitarpun
senang dan antusias mengikuti pembelajaran setiap hari.
Suatu hari,
orang tua murid-murid Nia marah karena katanya, Nia dan kawan-kawan menggunakan
tempat itu tanpa izin pihak yang berwajib. Tapi niat Nia sungguh mulia,
mengajar anak-anak jalanan dan menggunakan gerbong tersebut agar tidak dipakai
sembarangan oleh oknum-oknum tertentu. Nia dan kawan-kawanpun mengalah dan
tidak lagi mengajar disana. Gerbong itu kembali digunakan warga sekitar untuk
melakukan hal-hal yang tidak baik.
Beberapa hari
berlalu. Pemukiman di pinggir rel kereta itu dibongkar oleh petugas. Warga
sekitar panik dan berlarian kesana kemari. Tak sengaja ketika itu Nia sedang
melintas di daerah tersebut. Nia juga ikut panik dan memikirkan nasib anak-anak
itu. Nia pun member kartu nama kepada salah satu muridnya dan berharap ketika
murid-muridnya tidak lagi tinggal disitu, Nia akan dapat kabar melalui
surat.
Cerita 4
Diary Adelia di Salsabila
Orang tua Adelia
sangat kecewa dengan tingkah Adelia yang hanya bisa berhura-hura dan
menghabiskan uang orang tuanya. Belum lagi ketika ia dinobatkan sebagai
pemegang ranking 45 dari 48 siswa. Akhirnya Adelia dipindahkan dari SMA Persada
ke sebuah Pondok Pesantren Salsabila di Bandung.
Adelia sangat benci dipindahkan ke pesantren.
Bahkan, ia berjanji akan menjadi anak yang paling bandel di pesantren biar para
ustad dan ustadzah muak dan mengeluarkannya. Hari-hari di pesantren sangat
menyebalkan, pagi-pagi digebrak-gebrak suruh bangun. Kamar ditempati oleh tiga
puluh orang. Heuhh, kesal L
Hal-hal aneh selalu Adelia lakukan. Dari molor terus di pagi hari sampai
ngebatalin puasa. Namun, para ustad dan ustadzah tetap sabar menanggapi dan
menasehati Adelia.
Niat Adelia untuk menjadi nakal di pesantren kini kandas. Sebaliknya, ia mulai
menyukai dunia pesantren dan menyukai aktivitas yang ia kerjakan di sana.
Bahkan, kini Adelia sudah bisa menghafal satu juz al-qur’an. Sbhanallah.
Ketika libur lebaran tiba. Kedua orantua Adelia datang untuk menjemput Adelia.
Adelia senang dan segera memeluk erat kedua orangtuanya. Sungguh indah hidup
yang dialami Adelia.
Cerita 5
Rumondang
Ketika Tia sedang membeli sapu tangan di Simpang empat Tanah Abang. Penjaga
toko tersebut memandang Tia dari ujung jilbab sampai sepatu bodolnya. Mata itu
menatap Tia aneh.
Tia melanjutkan
jalannya menuju toko sepatu. Tiba-tiba saja aku merasa sepasang mata
mengawasiku lekat-lekat. Sekitar lima puluh meter menuju toko sepatu, Tia
tersentak ketika tiba-tiba saja satu suara memanggilnya dari arah toko sapu
tangan.
“Tia’ kan?” kata
perempuan itu dengan nada meninggi. “Tia kan? SD Budi Murni, Medan? Ya illahi,
kau tak kenal aku?”
Akhirnya,
perempuan itu pun menceritakan sesuatu kepada Tia, ia ternate adalah Rumondang,
teman Tia ketika semasa SD.
Rumondang
bercerita banyak tentang kehidupannya kepada Tia. Cerita tentang suaminya yang
meninggal, bekerja merantau ke Jakarta, dan banyak lagi. Tia sangat terharu dan
prihatin dengan cerita Rumondang. Ia pun membelikan sepasang sepatu untuk anak
Rumondang.
Tia terkejut
ketika para penjual di trotoar itu mengemasi barang-barangnya dengan
tergesa-gesa. Para petugas ingin merazia para edagang dan mengusir para
pedagang. Dengan tergesa-gesa Rumondang harus meninggalkan Tia dengan hati
gelisah. Tia pun pergi pulang dengan perasaan cemas memikirkan apa yang akan
Rumondang lakukan setelah ini. Mau kemana ia dan bagaimana kehidupannya kelak.
Cerita 6
Rapsodi September
Ocha dan Rani
adalah dua saudara perempuan yang kompak ini tidak ingin membiarkan adik
laki-laki satu-satunya terjebak dalam kenikmatan dunia. Ketika Eron mengajak
pacarnya ke rumah, kedua kakanya selalu saja menceritakan hal-hal yang
berkaitan dengan dunia islam dan budayanya. Sampai Eron merasa kesal karena
pacarnya dijilbabin sama kedua kakaknya, bahkan sampai akhirnya meninggalkan
Eron. Tini, Ocha yang pernah menjadi pacarnya dan diajak ke rumah, pasti diajak
cerita-cerita soal agama sama kedua kakaknya tersebut.
Namun, ada yang
berbeda dengan pacar Eron selanjutnya yang bernama Mia yang nyentrik dengan
banyak kalung yang dipakai di lehernya. Ia anti sekali dengan persoalan dunia
agama. Bahkan, kedua kakak Eron enggan untuk mengajak Mia untuk belajar agama.
Beberapa bulan
berlalu. Ketika bula September tiba. Ada sesuatu yang terjadi dengan Mia. Mia
kini lebih anggun dengan jilbab yang rapi di kepalanya. Eron bingung, karena
selaa ini setahu Eron, kak Ocha dan kak Rani, Mia anti dengan hal yang berbau
agama. Mia menjelaskan beberapa hal tentang agama kepada Eron. Beberap hari
berlalu, Eronpun berubah sikapnya.Sikapnya menjadi lebih lembut kepada setiap
orang, jadi ranjin mengaji dan pergi ke masjid. Ternyata bukan kata-kata Mia
yang mempengaruhinya tetapi pemikirannya yang kini lebih mengerti dan memahami
dunia agama islam.
Cerita 7
Lelaki Berhati Cahaya
Ketika Amir pulang dari mushola An-Nur di dekat rumah Tomi. Amir naik bus
menuju tempat kosnya di bilangan Ciliwung. Tumben bus tak seramai biasa. Aku
menoleh dari tempat duduk. Tak jauh, dibelakangku beberapa gadis SMA cekikan
seraya menutup separuh wajah mereka. Ketika samapi Cawang, seorang wanita hamil
naik, namun bangku sudah terisi semua. Amir memberikan tempat duduknya kepada
ibu hamil tersebut. Namun, ibu hamil tersebut menolah dengan nada kasar dan
tidak sopan.
Tempat tujuan sampai, Amir segera turun dari bus. Tak lama terdengar suara.
“Copet! Copet!
Copet!
Amir segera
menoleh kea rah suara tersebut. Seorang lelaki menarik paksa tas seorang ibu
tua dan berlari kencang meninggalkan ibu tua yang berteriak itu. Tanpa berpikir
panjang kukejar lelaki tadi.
Nafasnya mulai
tersengal-sengal. Teriakan “copet! Copet!” itu terdengar lagi. Amir terkejut,
puluhan orang menudingnya dan menimpuki dengan batu. Amir pun berlari dan
bersembunyi tanpa sepengetahuan siapapun. Ia memberanikan pulang ke rumah.
Sampai di rumah, ibu memarahinya. Ibu menyalahkan semua yang terjadi dengan
Amir karena Amir berteman dengan Tomi. Padahal, Amir sudah menjellaskan
berkali-kali kepada ibu bahwa Tomi itu teman yang sangat baik.
Suatu hari
ketika Amir pulang dari mushala kayu rapuh. Terdengar suara ibu berteriak
“Tolong…Tolong..Tolong..”. Ibu itu mennjuk kea rah kali, ternyata putrinya
terjatuh. Tanpa berpikir panjang, Amir segera lompat dan menolong anak
tersebut. Setelah itu, Amir segera membawa anak itu ke Rumah Sakit.
Dengan perasaan
cemas, Amir berjalan menuju masjid Al-Huda. Ketika di pertengahan jalan, Amir
bertemu dengan seorang kakek yang kelaparan. Dengan belas kasih, Amir segera
memberikan uang yang tinggal sedikit di kantongnya.
Beberapa meter
menuju masjid Al-Huda. Amir menabrak seoran laki-laki buta. Ia segera minta
maaf dan memberinya uang. Amir berjalan lagi. Amir melihat Tomi yang sedang
berbincang-bincang tentang Amir kepada seorang Pak Haji.
Amir itu seorang yang berhati cahaya. Tetapi matanya seolah membelalak, dengan
alisnya yang terlalu tebal dan hampir menutupi kelopak mata. Hidung rucing
membengkok ke bawah, mulut terlalu lebarditambah gigi jarang berwarna
kecoklatan. Kemudian bibir hitam pecah-pecah dan wajah kasar seolah bersisik,
serta rambut yang jarang. Ia bukan penjahat. Bukan orang yang kena kutuk. Dan
Ia selalu berusaha mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Fabiayyi
alla-I rabbikuma tukadziban.
Cerita 8
Diary Saliha
Ya allah, setelah setahun lau Bapak meninggal karena tabrak lari. Kini aku,
Saliha yang harus menjaga ibu dan kedua adikku yang masih kecil itu. Sungguh
tidak bisa dibayangkan, kemana kami akan berteduh jika tempat tinggal kami
digusur oleh aparat. Aku tidak konsen belajar di sekolah, mungkin aku yang
masih kelas satu SMA ini tidak akan bisa menyelesaikan sekolahku.
Keesokan
harinya, kudengan hingar bingar di luar. Jeritan, makian, deru bulldozer dan zopel.
Pak Jono, tetanggaku mengacungkan sertifikat tanah berstempel Pemda yang ada
ditangannya. Namun seseorang yang mengaku dari Pemda itu mengatakan bahwa
sertifikat itu palsu.
Aku berniat
melaporkan hal itu ke KOMNAS HAM. Alhamdulillah ada penangguhan dan aku bersama
warga lain masih bisa tinggal disini. Beberapa hari kemudian, ibu sakit dan aku
harus membawanya ke rumah sakit.
Suatu hari,
ketika jam dua dinihari aku terkejut oleh kobaran api yang besar disekitar
rumahku. Ya allah, kebakaran! Aku bingung, ibu di rumah sakit, tidak yang bisa
membantuku menjaga adik-adikku yang masih kecil. Hatiku tercabik-cabik melihat
rumah yang telah berubah menjadi puing-puing. Dengan peluh bercucuran dan
langkah gontai. Aku membawa kedua adik-adikku menuju rumah sakit tempat ibu di
rawat. Malam yang dingin ini, aku berada di teras rumah sakit tersebut. Aku
terus berdo’a semoga ada pertolongan dari saudara seiman dimanapun berada.
Cerita 9
Titian Pelangi
Pada bulan
ramadhan tahun ini. Pak Soleh, ayah Ita meninggal siang tadi. Sopir metro mini
P11 jurusan Senen-Kemayoran yang ramah, jujur dan gemar menolong orang itu
mendapat kecelakaan. Mobilnya tertabrak truk pengangkat pasir di jalan baru
Kemayoran. Bang Ical yang menemani Pak Soleh
dirawat di rumah sakit.
Evi, teman akrab
Ita sangat prihatin dengan kejadian yang menimpa Ita. Sering Evi mengunjungi
Ita untuk menghibur hatinya. Di bulan puasa, musibah besar menimpa Ita. Belum
lagi, kini Ibu Ita sakit keras. Ita menjadi tulang punggung keluarga dan harus
menjaga adik-adiknya.
Ketika Ita ingin
menjenguk Bang Ical. Dokter tidak memperbolehkan Ita mengetahui kabar Bang Ical
dengan alasan pembayaran rumah sakit yang belum lunas. Sungguh, kejam dunia
ini. Evi yang menemani Ita segera membayar pembayaran rumah sakit Bang ical.
Dokterpun akhirnya memberi tahu kabar Bang Ical. Kabarnya sangat menyedihkan.
Beberapa hari
kemudian. Bang Ical meniggal. Sungguh pahit semua yang dialami Ita. Evi
prihatin. Di usia yang masih belia, Ita harus menjaga ibunya yang sakit-sakitan
dan adik-adiknya yang masih kecil. Ita pun berjualan kolak, pacar cina dan kue
kering pada sore hari di depan rumah untuk menghidupi keluarganya. Kadang, Evi
menemani Ita berjualan.
Ketika di rumah.
Evi sering bercerit tentang kemalangan Ita kepada keluarganya. Tapi yang
antusias dengan cerita Evi hanya Mas Irvan saja. Bahkan ibu sibuk memikirkan
pakaian untuk lebaran.
Berhari-hari
berlalu. Terjadi kebakaran pada malam hari di sekitar rumah Ita. Kondisi
Ibu Ita kini menjadi kritis. Ibunya dirawat di rumah sakit. Evi cemas dengan
keadaan Ita dan segera menuju tempat tinggal Ita ditemani Mas Irvan.
Akhirnya, Ita
dan adik-adiknya tinggal bersama tantenya. Dan Ita menerima cucian orang nuat
bantu ibunya di rumah sakit. Suatu hari, Ita sakit. Tantenya tidak mau membawanya
ke rumah sakit karena alasan tak ada uang. Ita pun segera memapah Ita ke rumah
sakit. Ternyata lever Ita kambuh. Tapi Ita tetap sabar menahan cobaan ini.
Suara takbir
bersahut-sahutan. Ramadhan akanusai. Tetapi penderitaan Ita belum juga usai.
Pada malam itu, Ibu Evi mengajak Evi dan kakak-kakaknya ke suatu tempat. Namun,
Evi tak diperbolehkan untuk mengetahui kemana mereka akan pergi. Ternyata
mereka berangkat menuju RSCM tempat Ibu Ita dirawat. Kemudian pergi ke tempat
Tante Ita.
Pertanyaan Evi terjawab. Ternyata Ibu dan kakak-kakak mengajak Evi ke rmah
Tante Ita lantaran ingin melamar Ita menjadi pendamping hidup Mas Irvan.
Alhamdulillah Ita menerima Mas Irvan dan Ita pun menjadi kakak ipar Evi. Nikmat
yang indah di hari yang berbahagia J
Cerita 10
Selagi Ada Kesempatan
Vidi, siswi MAN
ini terpaksa masuk MAN karena ia tak berhasil masuk SMAN di rayonnya. Padahal,
orangtuannya sangat ingin Vidi masuk MAN. Vidi kesal masuk MAN,
mukanya selaku bertekuk-tekuk karena setiap sekolah mesti mengenakan jilbab.
Akhirnya, Vidi hanya berjilbab ketika di sekolah saja. Ketika lewat kelar
pintuu gerbang, ia langsung melepas jilbabnya.
Minggu akhir
bulan Vidi sangat ceria, pergi bersama teman-temanya di Brastagi. Berfoto-foto,
kenalan dengan beberapa cowok di sana. Tak terasa sudah jam tiga sore. Vidi dan
teman-temannya tidak menemukan Butet. Tanpa sengaja,,ketika mencari Butet, Vidi
menemukansapu tangan Butet dan mecari-cari tanda-tanda keberadaan Butet.
Astagfirullahaladzim, Vidi berteriak keras menunjuk arah semak-semak, ia
melihat Butet sudah tak bernyawa lagi dan berlumuran darah. Vidi histeris dan
Rita pingsan.
Semenjak Butet
meninggal, Vidi jadi pendiam. Ia ingin bertemuu dengan Fatimah, temannya yang
aktivis ROHIS itu. Tapi Fatimah sudah beberapa hari sakit dan tidak masuk
sekolah. Vidi pun menjenguk Fatimah dan sedikit berbincang-bincang dengan
Fatimah. Terasa ada keanehan. Tante Lubis segera menghampiri Fatimah. Innalillahi
wa innailaihi raajiun. Fatimah meninggal. Vidi histeris dan butiran air matanya
mengalir deras.
Semenjak
kejadian yang menimpa Butet dan Fatimah. Vidi bertaubat. Selagi ada
kesempatan,Vidi tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Vidi menjadi muslimah yang
baik. Tidak besok, bulan depan atau tahun depan. Tetapi saat ini juga.
Subhanallah J
TENTANG PENGARANG
Helvy Tiana Rosa
lahir di Medan, 2 April 1970 dari pasangan Amin Usman dan Maria Amin. Ia
menempuh pendidikan S1 di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Indonesia dan S3 di Universitas Negeri Jakarta.
Sehari-hari
Helvy adalah Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Jakarta. Helvy pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta
(2003-2006). Kini Ia tercatat sebagai Anggota Majelis Sastra Asia Tenggara.
Direktur Lingkar Pena Kreativa dan wakil ketua Liga Sastra Islam Se-dunia untuk
wilayah Indonesia. Penulis 45 buku dan editor puluhan buku ini juga sering
diundang berbicara dalam berbagai forum sastra dan budaya di dalam dan di luar
negeri, seperti Malaysia, Singapur, Brunei, Thailand, Hong Kong, Jepang, Mesir
hingga Amerika Serikat. Beberapa karyanya telah diterjemahkan dalam bahasa
Inggris, Jerman, Jepang, Arab, Swedia, Persia, Perancis dll.
Sumber : http://zulfailadiena.blogspot.co.id/2014/02/sinopsis-novel-islami-ketika-mas-gagah.html
Terkena demam mas gagah juga :D
BalasHapus